
Beberapa belakangan ini, beberapa stasiun televisi gencar-gencarnya menyiarkan PANSUS BANK CENTURY secara langsung. Didalam ruangan sidang terlihat beberapa anggota PANSUS dengan pengelompokan beberapa fraksi. Terkadang terjadi perdebatan seru, pertanyaan yang tajam kepada para saksi yang dihadirkan. Seperti Sri Mulyani dan Jusuf Kalla. Yang menarik dari PANSUS ini adalah kehadiran politikus sekaligus aktor di sinetron, yaitu Ruhut Sitompul.
Bang Poltak-sebutan di salah satu sinetron, memang memiliki gaya tersendiri dalam berdiskusi, bertanya, memberikan solusi, memberikan argumentasi, berdebat dengan saksi bahkan dengan anggota PANSUS yang lain. Gaya bicara yang khas tajam dan langsung nyerocos memberikan hiburan tersendiri bagi masyarakat yang menontonnya.
Namun saya terperangah saat Pak Ruhut Sitompul memberikan penjelasan dan berdebat dengan cara yang kurang baik. Seperti berkata kotor yang pernah terjadi saat rapat PANSUS dan di dialog di luar PANSUS. Ini terlihat kurang etis ketika dia harus berhadapan dengan para legislatif yang lain. Dia berani berkata kotor serta mengatakan hal-hal yang tidak lazim. Hingga ada kabar bahwasanya Ruhut Sitompul akan dikurung atas perbuatan itu. Namun namanya Pak Ruhut yang berwatak keras (Batak-red) tidak ciut nyali. Malah memberikan argumentasi dan debatan yang serius kepada para anggota PANSUS CENTURY.
Budaya seperti ini jika tidak segera diluruskan akan menjadi budaya yang terbiasa. Tidak hanya di alam politik, namun di alam kemasyarakatan. Sesungguhnya politik praktis harus dibarengi dengan sopan santun dan segala-sesuatu yang etis. Tidak hanya kepada Pak Ruhut Sitompul, namun kepada semua anggota PANSUS dan anggota masyarakat, jika memiliki pendirian sangat kuat dan pandai beragumen, janganlah melakukan hal-hal konyol sperti mencela dan melakukan perkataan kotor. Buaday berpolitik etis dan sopan hendaknya dibiasakan sejak dini. Dimulai dari bangku sekolah, organisasi, hingga komunitas-komunitas. Sehingga dalam berorganisasi tidak melakukan cela dan melakukan segala sesuatu yang merugikan beberapa orang. Semoga pendidikan politik Indonesia meghasilka Politikus nan santun.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar